Tembalangan

Angkot Kuning Sahabat Mahasiswa Tembalang, Bagaimana Nasibnya Sekarang?

Share this:

Tembalang disebut-sebut menjadi salah satu wilayah yang tingkat perkembangannya cukup pesat di Semarang. Tentu bukan tanpa alasan, dengan hadirnya kampus-kampus ternama membuat Tembalang perlahan menjadi pusat pengembangan pendidikan. Menjamurnya kos-kosan, laundry, fotocopy, hingga tempat makan berbanding lurus dengan banyaknya mahasiswa yang datang. Tak ayal dengan transportasi umum untuk memenuhi kebutuhan perpindahan tempat para penghuni Tembalang. Transportasi umum yang paling lama keberadaannya di Tembalang ialah angkutan kota (angkot).

Armada Si Kuning

Angkot tersebut dikenal dengan julukan si kuning yang menunjukkan jalur trayek areanya. Si kuning akan beroperasi mulai dari pukul 06.30 – 16.00 WIB setiap harinya.

Jika Kanca Tembalang memerhatikan, mereka biasanya berada di Jalan Ngesrep, tepatnya di kawasan ruko dekat Patung Diponegoro Universitas Diponegoro (Undip) karena memang di sanalah penempatan armada si kuning berada.

“Sebenernya ini juga bukan terminal, cuma lebih seperti tempat mangkalnya aja. Ini kan ruko sebenernya. Kalau normalnya terminal itu deket sama pasar, tapi di sini kan nggak ada” ujar Paino, salah satu supir angkot kuning.

angkot kuning undip

Keberadaan si angkot kuning turut membantu para mahasiswa yang hendak berangkat ke kampus, khususnya yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Bedanya, jika dulu semua fakultas di Undip dilewati, kini lebih menyesuaikan permintaan penumpang saja. Rutenya pun hanya mencakup wilayah Tembalang saja, mulai dari Ngesrep-Banjarsari-Kampus Undip-Bulusan. Tarif yang dipatok juga cukup terjangkau, berkisar antara Rp3000,- hingga Rp5000,- tiap orangnya, tergantung dengan banyaknya penumpang.

Dampak Pandemi bagi Angkot Kuning

Jumlah keseluruhan armada saat ini menurun drastis jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Paino menjelaskan bahwa penurunan jumlah armada ini merupakan efek dari maraknya transportasi online.

“Saat ini kalau mau menghitung jumlahnya tinggal sedikit, kurang lebih sekitar 15. Padahal dulu itu ada 105 sebelum ada online masuk” tambah Paino saat ditemui di tempat pangkalan angkot.

Setelah transportasi online resmi masuk ke Tembalang, angkot-angkot yang usianya sudah tua banyak dijual dan sebagian sudah tidak mampu beroperasi lagi. Meski keberadaannya tergeser oleh transportasi online, di hari-hari biasa si kuning masih beroperasi dengan normal.

“Kalau hari biasa gitu masih ada satu dua mahasiswa yang minta dianter ke kampus. Kadang ada juga warga yang nyarter buat mbesuk atau ngelayat” tandas Paino

Tantangan yang harus dihadapi para supir selain transportasi online, yaitu pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung lima bulan terakhir. Rupanya pandemi memiliki dampak yang besar bagi para supir angkot. Jumlah penumpang kian makin tipis bahkan tidak ada sama sekali kecuali jika ada yang menyewa.

“Sekarang aja besukan (kegiatan membesuk ke rumah sakit) nggak berani, orang ngelayat juga nggak berani karena anjuran jaga jarak. Jadi nggak ada kegiatan selama korona itu. Ginilah nasibnya angkot” keluh Paino.

Mau Dibawa Kemana Nasib Kami?

Paino menyayangkan sikap pemerintah yang dianggap kurang responsif. Ia berharap akan ada tindak lanjut yang jelas dari pemerintah setempat untuk keberlangsungan si kuning ke depannya.

“Ya gimana nasibnya seperti ini mau gamau ya diterima. Pemerintah kayak buka mata sebelah, kayak buka telinga sebelah, tahu tapi pura-pura nggak tahu. Sejak awal sampai detik ini nggak ada solusi sama sekali” tutup laki-laki berusia 60 tahun itu.

Apa yang terjadi pada para supir angkot di Tembalang adalah gambaran nyata dari permasalahan yang sebelumnya belum terselesaikan. Selain dampak pandemi, turut juga buntut dari maraknya transportasi online saat ini. Mereka seakan terhimpit dua tantangan yang harus dihadapi sekaligus. Maka tak heran jika mereka mempertanyakan nasib kehidupannya.

Untuk Kanca Tembalang yang tidak memiliki kendaraan pribadi, si kuning bisa menjadi alternatif lain sebagai moda transportasi lho! Ditambah lagi tarifnya yang sesuai dengan kantong mahasiswa. Nah, itu dia cerita terkini dari si kuning. Paling tidak, coba sekali saja Kanca Tembalang menikmati sensasi menaiki si kuning yang merupakan salah satu ikon khas Tembalang ya!

2 Replies to “Angkot Kuning Sahabat Mahasiswa Tembalang, Bagaimana Nasibnya Sekarang?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *