Review Spot

Toko Tembalang: Setia Menyediakan Kebutuhan Mahasiswa Sejak 1982

Share this:

Berbicara tentang Tembalang, tentu tak akan bisa lepas dari berbagai gerai toko yang berjejer di sekitarnya. Toko-toko inilah yang menghidupkan Tembalang sebagai salah satu kawasan yang cukup ramai. Dari sekian banyak jenisnya, toko yang menjual kebutuhan-kebutuhan mahasiswa tentu paling dicari. Di Tembalang sendiri, toko serba ada (toserba) pertama yang hadir memenuhi kebutuhan tersebut adalah Toko Tembalang atau yang kerap disebut Totem.

Daya Tarik Toko Tembalang

Harga jual barang-barang yang terjangkau membuat Totem selalu laris menjadi incaran para mahasiswa. Yana, selaku Manager Store Totem mengaku bahwa harga yang ditawarkan memang tidak jauh-jauh dari harga kulak barang tersebut. Baginya, lebih baik mementingkan banyaknya jumlah pelanggan daripada harga jual yang mahal. Percuma jika barang-barang yang dijual mahal tapi sepi pelanggan. Maka dari itu, Totem selalu berusaha meyediakan barang-barang berkualitas dengan pelayanan yang ramah.

Ditilik dari kronologisnya, Totem dibangun berbarengan dengan Politeknik Negeri Semarang (Polines) yang saat itu masih bernama Politeknik Universitas Diponegoro (Undip), tepatnya di tahun 1982. Kala itu, Totem pertama kalinya berdiri megah di samping ADA Swalayan (toko swalayan besar di kawasan Setiabudi). Pun tempatnya cukup luas untuk seukuran toserba. Tak bertahan lama, Totem kemudian pindah ke pojok pertigaan Sirojudin atau tepat di seberang Masjid Kampus Diponegoro.

Pada waktu itu, Totem dapat dikatakan menjadi ikon Tembalang karena sangat ramai dikunjungi warga dan mahasiswa. Wajar saja, karena di masa itu belum ada mini market atau toko serba ada lainnya yang berdiri di sekitar Tembalang, terutama bagian atas. Apalagi, lapangan parkir Totem juga dimanfaatkan oleh berbagai usaha kuliner, seperti bubur ayam dan lainnya. Hal ini menjadikan Totem semakin cocok dijadikan tempat meeting point bagi mahasiswa di kala itu.

Akhirnya Totem memutuskan untuk menetap di Jl. Prof. Soedarto No. 2 hingga sekarang. Sampai detik ini, toserba yang memiliki 11 karyawan tersebut konsisten menjual peralatan rumah tangga dan alat tulis. Bedanya, untuk pasokan sembako sudah dikurangi dengan alasan area toko yang kurang mencukupi.

Menariknya, Totem semakin menarik perhatian pelanggan-pelanggan barunya ketika pindah ke lokasi yang terakhir ini. Walau luas bangunannya tidak sebesar yang dulu, omzet Totem signifikan naik jika dibandingkan dengan lokasi sebelum-sebelumnya. Rupanya, berpindah ke lokasi ini agaknya membawa keberuntungan tersendiri bagi Totem.

Nasib Stok Barang

Sama seperti pelaku usaha lain, pandemi memberikan efek jangka panjang yang cukup besar. Yana menjelaskan, Totem sudah melakukan stok barang besar-besaran untuk kebutuhan mahasiswa baru seperti di tahun-tahun sebelumnya. Namun sayangnya, apa yang sudah disiapkan jauh-jauh hari itu hanya mendapat hasil yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Pemberlakuan pembelajaran jarak jauh (PJJ) membuat tumpukan stok itu terbengkalai.

“Ya gimana, mau dibilang rugi ya memang rugi. Ini kita aja sudah nggak berani ambil stok barang baru lagi,” jelas Yana.

Meski begitu, Yana bersyukur karena masih ada mahasiswa yang bertahan di Tembalang dan membutuhkan peralatan-peralatan tulis. Terutama adalah mereka yang tetap melakukan praktikum di kampus. Setidaknya, itu cukup membantu menutup biaya operasional toko yang tetap berjalan.

Begitulah sekelumit cerita Totem dari awal berdiri hingga kini. Semoga dengan adanya informasi ini, Kanca Tembalang semakin mengenal Tembalang, ya! Sekaligus, dapat menjadi bahan referensi jika kalian membutuhkan peralatan kuliah ataupun rumah tangga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *