Uncategorized

Masuk 3 Besar Kampus Terbaik, Emang Iya UNDIP Se-Oke Itu?

Share this:

Semarang, (26/05/2021) – Salah satu hal yang jadi kebanggaan para remaja ialah ketika mereka berhasil menempuh studinya dengan baik. Jelas, dong, ini menyangkut tentang perguruan tinggi juga. Nggak jarang para remaja yang hendak melanjutkan studinya ke perguruan tinggi akan mencari informasi melalui berbagai sumber tentang kampus mana saja yang layak untuk dituju.

Fakta menarik sempat muncul di tahun 2020 lalu, bahwa Universitas Diponegoro, sebuah kampus negeri yang berlokasi di Semarang tampaknya telah menjadi kampus dengan peminat tertinggi melalui jalur UTBK SBMPTN. Tentu saja hal ini memunculkan penilaian di masyarakat bahwa Universitas Diponegoro atau lebih dikenal Undip ini adalah kampus yang baik. Terlebih, sesuai data yang disajikan UniRank, pada tahun 2021, Undip berhasil menempati urutan ke-3 kampus terbaik di Indonesia. Lalu, bagaimanakah penilaian Undip di mata mahasiswanya?

Daffa Firdauz selaku mahasiswa prodi Sejarah angkatan 2019 bercerita kepada Infotembalang pada Sabtu lalu (22/05) melalui percakapan virtual.

“Kalau di lingkungan sekitarku di Jakarta, Undip itu nggak terlalu terkenal. Tapi, aku tau Undip itu termasuk terbaik juga di Indonesia. Hanya saja kurang terpandang aja di lingkunganku, gitu. Saat diterima itu awalnya aku nggak punya bayangan. Sama sekali nggak punya bayangan Undip itu seperti apa. Nggak tau nanti kesananya gimana, biayanya hidupnya seperti apa, jadi bener-bener ngga ada bayangan sama sekali,” ucapnya mengawali cerita.

Ia juga menjelaskan bahwa yang paling disoroti ketika tiba di Semarang ialah sistem transportasinya dari stasiun kereta api menuju Undip.

“Kalau di Jakarta, sistem transportasinya baguskan, tuh, ada Transjakarta. Tapi kalau di Semarang aku ngerasa kelasnya turun,” jelasnya singkat.

Selain itu, ia juga menyampaikan kondisi cuaca di Semarang yang jauh lebih panas ketimbang di kota asalnya. Tak hanya itu, kondisi jalanan yang lebih ramai jadi perbedaan yang signifikan baginya. Tapi, nilai positif diberikan oleh Daffa untuk Semarang adalah harga kulinernya yang relatif lebih terjangkau.

“Karena kampus yang aku tau itu UI, jadi patokan aku UI. Ekspektasiku itu Undip bakalan kayak UI karena ya kan sama-sama PTNBH. Tapi ternyata saat aku ke Undip, jauhlah, tidak sesuai ekspektasi. Contohnya begini, fasilitas pejalan kaki ke kampus itu jelek banget, beda banget sama UI yang fasilitas pejalan kakinya itu bahkan terintegrasi dengan Bis Kuning (Bikun) dan stasiun. Makanya di Undip itu susah kalau harus jalan kaki,” ungkapnya.

Masalah transportasi juga dikritik oleh narasumber lain yaitu mahasiswa Undip yang tidak mau disebut namanya. Ia bercerita kisah ekspektasi dan realita menjadi mahasiswa Undip versinya.

“Biasanya aku kalau ke sekolah kalau nggak dianterin kan naik angkot. Terus pas sampai di Semarang, udah nyari kosan sama orang tua jalan-jalan gitu, kan. Aku sama orangtua mikir nanti ke kampusnya gimana ya. Awalnya sih mikir, ‘Oh mungkin ini masih sepi, nggak ada angkot, karena lagi libur belum masuk kuliah. Mungkin nanti kalau udah masuk bakalan ada bis kampusnya gitu.’ Tapi pas masuk kuliah, eh ternyata emang nggak ada, dari Undip sendiri juga nggak ngadain bus kampus sendiri. Kalaupun di Semarang ada BRT tuh nggak semua wilayah dilewati, kan,” kisahnya (22/05).

Ia juga menceritakan kegelisahannya ketika harus menggunakan ojek online untuk pergi ke suatu lokasi dan tentu saja kondisi tersebut akan mengeluarkan lebih banyak biaya.

Hal lain juga diungkapkan oleh Diva, mahasiswi Kimia Universitas Diponegoro yang kini tengah menempuh semester 4. Dirinya mengaku bahwa Undip merupakan kampus pilihan pertamanya dan memang sejak awal tidak memiliki ekspektasi lebih tentang Undip.

I didn’t have any expectation about Undip. Tapi kata orang-orang, Undip itu kampus menengah dan cukup bergengsi. Tapi menurut saya, biasa aja kayak kampus-kampus lainnya. Dari segi fasilitas kampus sih lumayan, tapi ngga se-“wah” itu juga. Kalau masalah gedung atau kampusnya yang gede atau luas sih iya luas,” katanya pada Selasa (25/05) melalui chat Whatsapp.

Dari berbagai kisah yang diutarakan beberapa mahasiswa di Universitas Diponegoro, kita bisa menyimpulkan bahwa masing-masing kampus pasti punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. So, daripada saling membandingkan kampus satu dengan kampus lainnya, mending kita tingkatkan lagi semangat serta asah kemampuan diri dengan lebih maksimal. Karena, sebaik apapun kampusnya, kalau kitanya santai-santai dan nggak serius, tetep rugi dong. Iya kan?

Editor: Laurentia Stella Vania

Ilustrator: Annisa Putri Pramesti

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *