Uncategorized

10 Kampus Terbaik Menjadi Syarat Lamaran Kerja. Mahasiwa: Mana Letak Keadilan?

Share this:

(Semarang, 10/06/2021) – Dewasa ini, keketatan dalam dunia kerja makin meningkat. Hal tersebut dirasakan oleh berbagai kalangan, termasuk para sarjana. Minimnya lapangan pekerjaan yang ada di Indonesia mengakibatkan para penyandang gelar sarjana terpaksa mangkrak seusai kelulusan. Namun, kesulitan tersebut makin dirasa berat tatkala beberapa perusahaan menerapkan kebijakan bahwa salah satu syarat melamar pekerjaan di perusahaan mereka adalah alumni dari sepuluh kampus terbaik di Indonesia. Kondisi tersebut tentu menimbulkan kontroversi di antara mahasiswa, baik yang menempuh pendidikan di sepuluh kampus terbaik itu tadi maupun tidak.

Pro-Kontra

Menanggapi kebijakan tersebut, salah satu mahasiswa Universitas Diponegoro, sebut saja Mawar, menyatakan meskipun dirinya masuk ke dalam bagian sepuluh kampus terbaik tersebut, tetapi bukan berarti sepenuhnya sepakat dengan adanya kebijakan tersebut. 

“Kita ngga punya penilaian secara kualitatif untuk menunjukkan kredibilitas seseorang,” ungkapnya, Rabu (09/06) melalui diskusi Whatsapp.

Menurutnya, mahasiswa yang berasal dari kampus ternama pun sepuluh kampus terbaik di Indonesia tentu memiliki keunggulan lebih dibandingkan dengan kampus non sepuluh terbaik. Hal tersebut dilihat dari daya saing masuk kampus yang memang sudah ketat. Namun, ia menyatakan ketidaksepakatannya adanya kebijakan alumni sepuluh kampus terbaik sebagai syarat melamar pekerjaan. Mahasiswa Undip yang tidak ingin namanya disebut itu juga menjelaskan bahwa mahasiswa yang berasal dari kampus selain sepuluh kampus terbaik belum tentu memiliki kualitas yang lebih buruk.

“Kualitas kita ngga bisa ditentukan dari mana kita berasal. Ketetapan itu (alumni sepuluh kampus terbaik) ada sebagai syarat melamar pekerjaan itu sangat subjektif. Padahal, banyak juga anak-anak yang pinter gitu dari kampus-kampus yang biasa saja,” jelasnya.

Pendapat lain disampaikan oleh Aliya Qorry A’ina, mahasiswi Ilmu Politik UIN Walisongo Semarang. Baginya, kebijakan tersebut hanya akan memberatkan para pelamar kerja.

“Syarat diterimanya seseorang ketika melamar pekerjaan yaitu pantas tidaknya dia apabila dilihat dari interview dan perilakunya. Percuma saja lulusan top sepuluh kampus terbaik, tetapi dia punya sifat yang tidak baik,” jelasnya kepada Infotembalang, Rabu (09/06).

Narasumber ketiga yang saat ini tengah menekuni studinya di Universitas Negeri Semarang, sebut saja M, juga menyatakan dirinya kontra apabila kebijakan tersebut ditetapkan.

“Kalau ada syarat lulusan sepuluh kampus terbaik dalam melamar pekerjaan, maka orang-orang yang tidak merupakan alumni dari sepuluh kampus tersebut akan sangat sulit untuk mendapat pekerjaan yang mereka inginkan,” jelas M secara singkat melalui pesan Whatsapp, Kamis (10/06).

Pentingkah Kebijakan Tersebut Diterapkan?

Dari segi urgensi, adanya syarat tersebut dirasa kurang perlu. Hal tersebut dinyatakan oleh Mawar melalui voice note yang dikirimnya kepada Infotembalang. 

“Kalau ditanya perlu atau nggak, menurutku nggak perlu. Tapi bisa dijadikan pertimbangan,” tuturnya.

Ia menyampaikan bahwa kebijakan pelamar merupakan alumni sepuluh besar kampus terbaik dapat menjadi alat seleksi yang kesekian. Singkatnya, kebijakan tersebut bukan menjadi poin keharusan. Sehingga, penilaian terhadap para pelamar lebih objektif.

Pernyataan Mawar nampaknya sama dengan pendapat Aliya maupun M, yang merasa bahwa kebijakan tersebut tidak wajib adanya atau justru lebih baik dihapuskan.

“(Kebijakan tersebut) memberatkan semua alumni yg melamar kerja. Bagi alumni lulusan top sepuluh kampus terbaik mungkin dia merasa aman, tetapi juga terbebani dengan stigma “lulusan kampus ini keren dan pintar”,” ungkap Aliya.

“Di sisi lain, alumni kampus selain top sepuluh  bahkan merasa lebih terbebani, saat ini sudah sulit mencari pekerjaan. Apalagi, ditambah syarat tersebut malah menambah sulit dan rasa percaya diri berkurang,” sambungnya.

Lalu, Harus Bagaimana Kita Sekarang?

“Tidak akan ada habisnya apabila terus membandingkan diri sendiri dengan orang lain, lebih baik terus meningkatkan kualitas hidup masing-masing, mencari pengalaman di kampus dan luar kampus sebanyak mungkin, dan menambah soft skill. Agar nantinya ketika kita melamar pekerjaan, perusahan tidak memandang rendah kita,” sampai Aliya.

Selain itu, Mawar juga menyampaikan bahwa mahasiswa kampus sepuluh besar terbaik harus tetap memperbanyak pengalaman, meskipun telah masuk ke kampus ternama. Sedang untuk untuk mahasiswa dari kampus di luar non sepuluh kampus terbaik untuk tidak patah semangat karena ada banyak jalan untuk menggapai cita-cita.

Pesan dan harapan lain juga diungkapkan oleh M secara singkat. “Untuk teman teman mahasiswa, selalu semangat dan jangan patah semangat meskipun terdapat kebijakan yang sudah ada teman teman harus menunjukkan kalau kalian juga tidak kalah dengan sepuluh kampus terbaik, sehingga dapat memecahkan salah satu syarat tersebut,” tuturnya menutup sesi diskusi bersama Infotembalang.

Editor: Hieronimus Emilianus Evangelista

Ilustrator: Annisa Putri Pramesti

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *