Tembalangan

Sangu Pakaian Hingga Rindu PKL, Ini Kultur Mahasiswa Poltekkes Semarang

Share this:

Selayaknya negara-negara di dunia, berbagai kampus yang ada di sekeliling kita memiliki ciri khas, keunikan, dan tentunya kulturnya masing-masing. Kali ini, kami akan mengajak Kanca Tembalang untuk mengenal lebih dekat kultur mahasiswa salah satu perguruan tinggi ternama yang ada di kawasan Tembalang, yaitu Poltekkes Kemenkes Semarang.

Sekolahnya Calon Tenaga Kesehatan

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang merupakan sebuah perguruan tinggi yang berada di bawah naungan Kementerian Kesehatan Indonesia. Namanya jelas menunjukkan bahwa perguruan tinggi ini didedikasikan untuk profesi tenaga kesehatan. Ragam jurusan yang dihadirkan antara lain adalah Perawatan dan Kebidanan, Teknik Rekam Medis, dan lain sebagainya.

Perguruan tinggi ini menarik minat calon mahasiswa dengan gelar kedinasan. Namun, sebagai sebuah perguruan tinggi kedinasan, tes seleksi di Poltekkes Semarang memang cukup ketat. Beberapa kriteria yang disyaratkan meliputi tinggi badan, kebersihan diri, jasmani dan rohani, dan serangkaian tes lainnya.

Sistem Kuliah Poltekkes Semarang

Umumnya, mahasiswa memilih jumlah Satuan Kredit Semester (SKS) secara mandiri. Bagi beberapa orang, memilih mata kuliah sendiri adalah hal menegangkan sebagai mahasiswa baru. Tetapi, mahasiswa Poltekkes Semarang mengalami hal yang berbeda. Di sini, mereka bisa langsung melaksanakan kuliah tanpa harus memikirkan jumlah SKS. Dzaki, salah satu mahasiswa keperawatan di Poltekkes Semarang mengibaratkan hal ini seperti sekolah waktu SMA. “Kaya anak sekolahan dulu, ya tinggal berangkat aja, urusan mata kuliah udah tinggal terima,” terangnya.

Di Poltekkes Semarang, tidak ada mata kuliah yang bisa dipilih atau ditinggalkan. Selain itu, pada umumnya kita mengenal adanya cuti semester untuk sejenak berhenti kuliah. Namun, di Poltekkes Semarang, mahasiswa tidak diberikan kesempatan cuti atau meninggalkan semester yang belum selesai. Jadi, kuliah kudu niat!

Penampilan Khas Mahasiswa Poltekkes Semarang

Mahasiswa biasanya identik dengan pakaian bebas dan kasual. Tapi, hal tersebut tidak berlaku dikampus ini. Poltekkes Semarang secara resmi memberikan kurang lebih enam seragam yang wajib dikenakan oleh para mahasiswanya. Lumayan ya, nggak perlu repot mikirin outfit of the day untuk ngampus!

Keenam seragam tersebut masing-masing memiliki fungsi identitas yang berbeda. Contohnya adalah seragam untuk mahasiswa kebidanan yang berwarna putih dipadu dengan warna biru menempel pada bahan kain yang tebal. Soal seragam praktik lapangan, sudah berbeda lagi bentuk dan warnanya dengan seragam sehari-hari. Selain itu, mahasiswa poltekkes ternyata diwajibkan menggunakan sepatu pantofel berwarna full hitam  polos. So, simpan dulu ya sepatu warna-warnimu bila hendak ikut kuliah di sini!

Mendambakan Saat PKL

Praktir Kerja Lapangan (PKL) adalah salah satu kegiatan wajib yang dilaksanakan oleh mahasiswa Poltekkes. Seluruh jurusan menerapkan praktek ini tanpa terkecuali. Sebelum menjalani PKl, mahasiswa akan diberikan pelajaran dasar sebagai tenaga medis pada saat semester satu dan dua. Nah, pada semester tiga lah, saatnya mahasiswa akan dihadapkan dengan keadaan sebenarnya di lapangan melalui PKL.

Selama PKL mahasiswa harus berhadapan langsung dengan pasien dan rekan kerja yang sudah senior. Bagi anak jurusan keperawatan dan kebidanan, menghadapi berbagai kepribadian pasien adalah hal biasa. Pada saat inilah, mahasiswa dapat menimba ilmu praktik sedalam mungkin. Masing-masing jurusan tentunya memiliki mentor tersendiri dalam melaksanakan PKL.

Sayang seribu sayang, pandemi Covid-19 membuat kegiatan PKL terpaksa ditunda. Sebagai gantinya, mahasiswa diminta untuk melakukan praktik mandiri dirumah. Untuk bahan peraganya, mereka menggunakan boneka ataupun orang lain yang bersedia menjadi peraga.

Tapi, tampaknya pengganti PKL seperti itu tidak mampu mengobati kerinduan para mahasiswa Poltekkes akan suasana di lapangan. “Senyum pasien, ucapan terimakasih, dan cerita-cerita dari berbagai pasien yang menghibur kami saat melaksanakan PKL. Itu semua yang benar-benar bikin kangen,” ujar Dzaki.

Pakaian Cadangan Untuk Nongkrong

Sering kali kampus memberikan kebebasan bagi mahasiswa menggunakan pakaian dan sepatu yang nyaman bagi mereka. Merujuk pada kebiasaan nongkrong mahasiswa, sudah pasti kebebasan berpakaian sangat menolong kenyamanan nongkrong. Nah, bagaimana dengan mahasiswa Poltekkes Semarang yang wajib mengenakan seragam?

Untuk menyiasati hal ini, biasanya mahasiswa Poltekkes membawa sangu sepatu dan baju cadangan untuk nongkrong atau pergi ke tempat lain. Tentu alasannya adalah kurang nyaman bagi mereka ketika hendak nongkrong atau dolan sembari tetap mengenakan seragam. Sedangkan untuk urusan sepatu, mahasiswa Poltekkes biasanya membawa sepatu bebas guna sebagai cadangan untuk kegiatan nongkrong di luar kampus.

Tidak hanya soal pakaian dan sepatu, ternyata masih ada lagi aturan penampilan lainnya. Mahasiswa Poltekkes diwajibkan memiliki gaya rambut yang rapi, laki-laki maupun perempuan. Jika di kampus lain kita bisa melihat cowok-cowok gondrong, penampakan serupa tak kan dapat terlihat pada mahasiswa Poltekkes Semarang. Karena, laki-laki diwajibkan memiliki potongan rambut 3-2-1 cm untuk mahasiswa baru, sedangkan wanita tidak boleh mengurai rambutnya. Jika berjilbab, jilbab tersebut tidak boleh terlalu panjang hingga menutupi seragam.

Fakta unik lainnya adalah setiap hari mahasiswa Poltekkes menggunakan seragam yang berbeda layaknya siswa sekolah. Hanya pada hari Sabtu ketika ada kegiatan di kampus, mahasiswa diizinkan menggunakan baju bebas sopan ke kampus. Tapi, aturan berseragam dan rambut ini tidak berlaku bagi mahasiswa pascasarjana.

Menurut Dzaki, segala peraturan tersebut memiliki tujuan supaya mahasiswa dapat terbiasa dengan kondisi kerja yang setiap hari wajib menggunakan seragam sebagai pekerja kesehatan.

Heposphor, Eventnya Anak Poltekkes

Tak lengkap rasanya jika sebuah kampus tanpa adanya event tahunan. Jika Undip punya Fisiphoria, maka Poltekkes punya Heposphor. Ini adalah salah satu acara terbesar yang diselenggarakan oleh BEM Poltekkes Semarang. Sudah menjadi budaya bila acara ini diadakan setiap tahunnya. Acara ini juga sekaligus menjadi ajang penyambutan mahasiswa baru.

Sesuai dengan kriteria kesehatan Poltekkes, event ini selalu mengusung kegiatan berdasarkan ilmu kesehatan. Heposphor merangkul semua UKM untuk bersama-sama memeriahkan acara kampus tercintanya. Tahun 2019 lalu, Heposphor menghadirkan (almarhum) Didi Kempot, musisi legendaris Indonesia, sebagai bintang utama. Kehadirannya sukses membawa suasana meriah.

Cuplikan kegiatan Hephospor 1.0 tahun 2019

Namun, mengingat pandemi Covid-19 yang belum berakhir, BEM Poltekkes terpaksa menunda acara tahunan ini. Keputusan ini tentu menimbang bahaya penyebaran virus. Meski dimaklumi, tetap saja hal ini disesalkan oleh para mahasiswa Poltekkes. Tejo, mahasiswa prodi keperawatan, mengatakan, “Sayang sekali acara meriah kaya gitu harus ditunda. Itung-itung buat seneng-seneng setelah pusing (kuliah) padahal.”

Tapi panitia tidak mau kalah dengan keadaan. Berdasarkan informasi yang kami terima, pihak panitia Heposphor sedang mempersiapkan sebuah acara pengganti tahun ini. Jadi buat temen-temen yang nungguin Hiposphor, tetap sabar yah!

Demikian sekilas informasi mengenai kultur dan kebiasaan unik ala mahasiswa Politeknik Kesehatan Semarang. Semoga bermanfaat untuk Kanca Tembalang. Stay safe!

Refrensi:
https://nma-center.com/mahasiswa-baru-poltekkes-semarang/Outbound_semarang/jasa_outbound_semarang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *