patung diponegoro
Tembalangan

Cerita Dibalik Patung Gagah Pangeran Diponegoro

Share this:

Kanca Tembalang sudah kenal pahlawan Diponegoro? Tentunya warga Tembalang tidak asing lagi dengan nama tersebut. Diponegoro telah  lama menjadi salah satu ikon universitas terkenal di Semarang. Patung Pangeran Diponegoro dapat dijumai dibeberapa titik di Tembalang, yakni, pada pintu masuk Tembalang di Jalan Ngesrep, di depan gedung rektorat Undip. Terdapat satu patung Pangeran Diponegoro, yang tidak menunggangi kuda berada di depan gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Undip.

Namun, apakah Kanca Tembalang sudah tahu oleh siapa dan bagaimana patung tersebut dibuat? Seorang seniman dari komunitas seni Seno Art bernama Sugiyono (47), adalah sosok di balik patung legenda tersebut. Pada 2012, Ia diminta oleh kepala sarana prasarana Undip untuk membuat ikon universitas. Dirinya sempat mengalami beberapa kali revisi dalam mengajukan bentuk desain patung Diponegoro. Sugiyono memimpin secara langsung proses pembuatan patung Pangeran Diponegoro yang berada di depan gedung rektorat. Ia mengaku mendapatkan inspirasi dari seniornya, Dewa Made. Dewa Made sendiri adalah profesional seni patung yang membuat patung Diponegoro di Jalan.

Diponegoro dan Turangga Setta

Seperti yang kita tahu, Diponegoro adalah pahlawan nasional yang terkenal karena Perang Diponegoro pada awal abad ke- 19. Ia berjuang melawan penjajah melalui Perang Diponegoro di tanah Jawa akibat sengketa tanah dengan kolonial Belanda. Sebagai seorang pemimpin dalam perang tersebut, dikisahkan ia menunggangi kuda bernama Turangga Seta. Patung gagah Diponegoro yang menunggangi kuda, menurut Sugiyono, memiliki tujuan untuk merepresentasikan kisah sosok pahlawan tersebut.

“Kuda yang mengangkat kaki seolah dikendalikan oleh Pangeran Diponegoro adalah lambang kegagahan Diponegoro dalam memimpin perang,” jelas Sugiyono. Berdasarkan pertimbangan tersebut akhirnya Sugiyono mendesain patung Pangeran Diponegoro sedang menunggangi kuda, dengan kedua kaki kuda terangkat. Desain tersebut akhirnya diterima oleh Undip karena dirasa cukup merepresentasikan sosok gagah Pangeran Diponegoro.  

Pewarnaan Patung Pernah Jadi Kontroversi

Pada 2015 lalu, patung yang dibuat oleh Sugiyono dan kelompok Seno Art sempat diberi warna. Mengenai pihak dibalik pewarnaan patung tersebut, ia mengaku tidak mengetahuinya. Ia sendiri berpendapat bahwa patung tersebut akan terlihat lebih gagah dengan warna awal yang ia buat, yaitu putih netral.

Ternyata pendapat Sugiyono seirama dengan opini beberapa mahasiswa Undip. Reisma, anggota Senat  Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Undip berpendapat, “Jika diberi warna, menurut saya, warna sendiri memiliki makna dalam karya seni. Takutnya kalau orang lain mengartikan warna tersebut berbeda dengan makna awal yang diinginkan. Lebih baik warna netral seperti patung pahatan batu atau putih polos.” Senada dengan Reisma, Nindy Mirvanda, salah satu pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Undip, berpendapat bahwa pengecatan patung yang memiliki nilai budaya tinggi dapat melunturkan nilai budayanya.

Demikian sekelumit kisah mengenai patung yang terkenal di Tembalang, Semarang. Seni Patung Diponegoro di Undip memiliki makna budaya sendiri. Kini tinggal bagaimana melestarikan ingatan tentangnya.

One Reply to “Cerita Dibalik Patung Gagah Pangeran Diponegoro

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *