Fitur

Mengungkap di Balik Warisan Budaya Tari Denok Semarang

Share this:

Tari Denok Semarangan yang menjadi salah satu ikon kebudayaan Kota Semarang diciptakan oleh Bintang Hanggoro Putra pada tahun 1991. Beliau merupakan salah satu dosen di Universitas Negeri Semarang sekaligus koreografer yang bertempat tinggal di Semarang.

Tari Denok Semarang diciptakan dengan tujuan untuk memunculkan kembali bagaimana bentuk gaya tari semarangan yang sebelumnya sudah pernah ada. Namun, gaya tari semarangan tersebut menghilang ditelan zaman. Tari Denok Semarang terinspirasi dari gaya tari semarangan yang telah punah dan kesenian Gambang Semarang. 

Tari Denok Semarang Cagar Pelestarian Budaya Kota Semarang

Tarian Denok Semarang biasa ditampilkan sebagai tari penyambutan pada suatu acara formal, seperti festival, dies natalis, dan acara lainnya.

Hasna Salsabila, selaku Sekretaris UKM Tari Kreasi Puspa Sonder UNNES 2020 mengatakan bahwa tarian Denok Semarang ini memiliki konsep tari tunggal dan tidak ada keterkaitan antara penarinya.

“Tari Denok Semarang memiliki konsep tari tunggal karena tidak ada keterkaitan antara penarinya. Penarinya bergerak secara rampak. Namun, biasanya tari Denok ditarikan oleh empat orang perempuan sesuai dengan lirik dari iringan musik Gambang Semarang yaitu ‘empat penari’,” ujarnya.

Pola gerak tari Denok cenderung meliuk, mengayun dan juga ringan. Hal ini dipengaruhi dari ciri khas gaya gerakannya. Ciri khas ini berkaitan dengan geografis Semarang. Gerakan tari berusaha menggambarkan nuansa pesisiran sehingga gerakannya mengambang dan ringan. 

Ia juga menambahkan bahwa keberadaan tari Denok Semarang telah banyak diakui dan dilestarikan, khususnya di Kota Semarang.

“Tari ini semakin dikenal dengan banyaknya kegiatan ataupun acara-acara yang menampilkannya sebagai tari pembuka. Tentunya tarian ini masih tetap dilestarikan oleh banyak komunitas maupun sanggar di Kota Semarang. Salah satunya adalah UKM tari kreasi di Universitas Negeri Semarang yang tetap melestarikan tari Denok Semarang serta tari gaya semarangan lainnya,” ujar Hasna

Salah satu hal yang menjadi ciri khas tari Denok Semarang adalah pada bagian posisi tangan. Posisi tangan saat tari Denok terlihat seperti menangkap kupu kupu atau ngincup (istilah Bahasa Jawa). 

Gerakan Tarian Denok Semarang Menjadi Khas dan Bermakna

Anindya Diaz, selaku mahasiswi yang tergabung di UKM tari Undip juga mengatakan bahwa tarian Denok ini istilahnya sama dengan tarian Gambang Semarang. Ia juga menjelaskan detail gerakan beserta maknanya.

“Tari Denok populer dengan sebutan tari Gambang Semarang. Tari ini mengisahkan tentang masa pertumbuhan anak-anak menjadi dewasa.  Biasanya tarian ini dilakukan oleh empat remaja wanita sesuai lirik lagunya ‘empat penari’. Gerakan dasarnya ada geol, ngeyek, medhak, jalan tapak,” ujar Anin.

“Kalau geol itu gerakan menggerakkan pinggul. Kalau ngeyek itu sama dengan gerakan geol tapi bedanya sambil berputar. Jadi, menggerakkan pinggul ke kanan dan kiri disertai putaran. Mendhak adalah menekuk lutut sedikit dan maknanya adalah merendah. Jalan tapak itu untuk koreografi dan memperindah formasi,” tambahnya.

Sering Ditampilkan di Acara-Acara Pembukaan

Poppy Wahyu, selaku warga Semarang, mengatakan bahwa ia pernah melihat tari Denok Semarang. Ia sering melihat tarian tersebut di acara-acara kampus sebagai tarian pembuka.

“Kalau di kampusku sendiri biasanya pada acara pemilihan Denok Kenang Kota Semarang sebagai tarian pembuka. Pertama kali tahu dari teman kampus yang kebetulan menari Denok Kenang. Menurutku tari Denok itu hampir sama seperti Gambang Semarang, cuma agak sulit, sih,” ungkapnya.

Gimana, nih, Kanca Tembalang, sudah tau ‘kan apa itu tari Denok Semarang. Sebagai generasi muda, sudah jadi tanggung jawab kita untuk terus melestarikan kebudayaan sebagai jati diri kebanggan kita.

Sumber foto: infobudayaindonesia.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *