Fitur Lekat

Senja Terindah di Kota Semarang dari Banikata

Share this:

Kota Semarang sejatinya menyimpan sejuta kenangan. Namun pamornya sebagai kota yang melankolis masih kalah dari Yogyakarta atau Solo. Selama ini, Semarang dikenal bukan karena keindahan alam atau kehangatan orang-orangnya, melainkan sebatas sebagai kota dagang dan kota transit. Tampaknya Banikata, seorang musisi muda asal Jakarta, adalah satu dari sedikit person yang mampu melihat cahaya indah Semarang yang terabaikan orang. Kepada Infotembalang, ia membeberkan betapa memikatnya Semarang lewat gubahan lagunya yang dirilisnya awal tahun ini, yaitu Semarang Senja.

Kok bisa kepikiran buat lagu tentang Semarang?

Musisi yang bernama asli Christofer Emmanuel ini menceritakan seluk beluk lahirnya Semarang Senja. Semua bermula ketika ia pindah ke Semarang sewaktu TK sampai kelas 3 SD. Setelah itu ia kembali ke Jakarta. Namun, tampaknya Semarang telah memberinya kenangan yang begitu kuat.

Ketika waktunya ia masuk ke jenjang kuliah pada tahun 2014, Christo memutuskan untuk masuk jurusan Sastra Indonesia di Universitas Dipenegoro. 4,5 tahun kemudian ia habiskan untuk menyelesaikan studi. Christo berujar, “Kalau mau dikata, separuh hidupku ada di Semarang. Setiap berada di Semarang, aku merasa nyaman dan tenang. Wajar aja sih kalau Semarang menjadi rumah kedua bagiku. ”

Gimana awal mula lahirnya Semarang Senja?

Teryata kultur aktif dan kreatif di Fakultas Ilmu Budaya yang menjadi tempatnya belajar memicu api semangat Christo untuk berkarya. Alhasil, ia melahirkan sebuah sajak tentang kerinduan akan Semarang yang kelak menjadi lirik Semarang Senja. Tak berhenti sampai situ, ia kemudian mengajak teman-temannya untuk membentuk group band dan berhasil meraih popularitas di lingkungan kampus.

“Lumayan kok, dulu cukup sering manggung di event pensi kampus,” ungkapnya. Namun, menjelang semester akhir, satu per satu personil grup band mereka mulai disibukkan dengan tuntutan kuliah. Akhirnya band yang dibentuknya bubar dengan sendirinya.

Mengapa memilih Banikata sebagai nama panggung?

Ketika lulus di paruh akhir 2019, Christo ingin mencoba serius di bidang musik. Sebagai langkah awal, ia memutuskan untuk menggarap ulang lagu Semarang Senja secara lebih profesional. Ia lantas membutuhkan nama panggung yang lebih universal dan bermakna kuat. Akhirnya dipilihlah nama Banikata.

Dasarnya memilih nama itu semata-mata karena ingin menunjukkan keindahan Bahasa Indonesia. “Bani memiiki arti generasi penerus. Banikata secara tersirat mengandung anganku untuk menjadi generasi penerus kata-kata indah yang ada di khazanah Bahasa Indonesia,” demikian jelasnya.

Kecintannya terhadap Bahasa Indonesia memang tidak lepas dari latar belakang pendidikannya sebagai seorang sarjana Sastra Indonesia. Ia hendak menunjukkan kalau Bahasa Indonesia bisa menjadi sangat keren, apalagi bila dikemas dalam produk pop culture masa ini.

Tolong dong jelasin isi Semarang Senja…

Christo menyampaikan bahwa lirik lagu Semarang Senja ditulis berdasarkan isi hati dan pikirannya pribadi. Ia ingin menunjukkan apresiasinya kepada Kota Semarang melalui lagunya itu. Menurutnya, Semarang begitu memikat hatinya. Ia telah jatuh cinta tanpa alasan kepada Semarang.

Lagu Semarang Senja diawali dengan penggalan awal tembang legendaris Gambang Semarang. Bagian ini menggambarkan seseorang yang baru saja sampai Semarang menggunakan kereta api. Ketika turun di Stasiun Tawang, ia disambut dengan lagu tersebut.

Selanjutnya lantunan lirik Semarang Senja berusaha mengekspresikan kerinduan yang amat sangat terhadap Kota Semarang. Ketika si penembang usai mencurahkan isi hati dan harus pergi lagi, ia akan diantar dengan lagu yang menyambutnya, Gambang Semarang.

Kenapa sih harus pakai kata Senja sebagai judul lagu?

Mendengar pertanyaan ini, Christo dengan sigap membantah bahwa pemilihan kata “senja” memiliki asosiasi dengan tren musik indie dan anak kopi. Alasan di baliknya ternyata cukup mendalam. Baginya, Semarang memiliki senja paling indah. Ia menyadari keindahan lembayung senja Semarang ketika menghabiskan waktu di Tanjung Mas. “Duduk terdiam, di tepian laut, sibuk terpana akan kecantikan semburat cahaya jingga di langit Semarang,” kenangnya ketika mengingat momen magis tersebut.  

Bagaimana proses penggarapan music video Semarang Senja?

Christo ternyata juga memiliki misi tersembunyi dalam launching music video Semarang Senja. Kepada Infotembalang, Christo menceritakan bahwa ia juga ingin menunjukkan sisi-sisi menarik Kota Semarang yang masih belum diketahui banyak orang. Maka dari itu Christo sengaja blusukan untuk mendapatkan spot menarik.

Di lain sisi, ia juga ingin memperlihatkan bahwa Semarang juga tengah mempersiapkan diri untuk menatap masa depan. Kalau Kanca Tembalang ingin tahu gimana unik dan kerennya visualisasi Semarang di tangan Banikata, teman-teman dapat menikmati music video Semarang Senja di Youtube. Kanca Tembalang juga dapat menikmati indahnya melodi Semarang Senja di semua media streaming musik, seperti Spotify dan Joox.

Sejauh ini bagaimana respon atas Semarang Senja?

Mengenai respon sejauh ini, Christo menyampaikan bahwa ia menerima banyak respon yang begitu mengharukan. “Bahkan ada temanku yang sampai menangis karena lagu Semarang Senja dapat menyentuh rasa rindu akan Semarang,” demikian ungkapnya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikehendakinya, yaitu bahwa lagu Semarang Senja dapat menjadi pengikat hati terhadap siapapun yang memiliki kerinduan kepada Semarang.

Selanjutnya ada project apa lagi?

Christo ternyata memiliki beberapa project yang masih bertemakan Kota Semarang. Salah satunya adalah melalui Tempat Bercakap. Ia juga kini tengah fokus menggarap lagu kedua yang direncakan akan rilis bulan depan. “Sejauh ini, karya-karya ke depan masih akan aku dedikasikan untuk Semarang, kota yang kucinta dan selalu kukenang,” tandasnya.

Pesan-pesan untuk Kanca Tembalang?

Christo memberi pesan kepada kita Kanca Tembalang untuk terus mengapresiasi karya-karya lokal, terutama mahasiswa. Selain itu, ia juga menitipkan pesan agar kita senantiasa menikmati waktu yang dihabiskan di Kota Semarang, karena ketika kita pergi darinya, baru akan terasa betapa Semarang itu ngangenin banget! Cheers!

Julius Ardiles Brahmantya
Cultural Anthroplogy UGM 2017 | Student, writers | AMDG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *