Fitur

Problematika Belajar Kelompok di Masa Pandemi: Efektif atau Beban?

Share this:

Hampir satu tahun kita merasakan beratnya kuliah online di masa pandemi. Semua telah berubah, mulai dari sulitnya bangun pagi karena harus kuliah online hingga sekadar menjawab “baik bu/pak” tapi sebenarnya tidak paham dengan apa yang diajarkan. Satu hal yang menyebalkan mungkin adalah ketika dosen tiba-tiba memberikan tugas kelompok yang harus dikerjakan secara online, membuat kita semua bingung apa yang harus dilakukan.

Apakah Kanca Tembalang merasakan hal yang sama? Mari kita simak pendapat mereka mengenai tugas daring yang dikerjakan secara kelompok

Malik – Belajar Kelompok? Rasanya Bikin Pusing

Pengalaman pertama datang dari Malik. Malik mengatakan bahwa tugas online selalu membuatnya pusing karena banyak hal yang tidak terduga terjadi.

“Pernah aku dapat kelompok yang tidak enak sama sekali dan buat aku pusing, aku disitu sudah merasa tidak nyaman karena kebetulan aku dapat teman-teman yang tidak dekat dan sulit diajak komunikasi. Lalu aku coba untuk koordinir teman-teman, tapi hasilnya mereka tidak ada respon sama sekali. Ya ampun, rasanya pusing banget, padahal dosen cuma kasih deadline 1 minggu. Oke, aku coba tetap sabar dan tahan. Akhirnya aku kasih bagian materi dan sudah aku jelaskan tapi masih ada beberapa teman-teman yang tidak paham bahkan sering miskomunikasi. Tapi, aku tetap mengapresiasi teman-teman yang mau dan berusaha mengerjakan sebaik mungkin,”  ucap Malik dengan tersenyum ringan. 

Hasna – Nilai Akhir adalah Hasil Bersama

Berbeda dengan pengalaman Malik yang tidak menyukai kerja kelompok secara online. Hasna sendiri mengatakan bahwa semua bisa diatur dan disesuaikan asalkan kita mau dan niat untuk mengerjakan tugas tersebut.

“Kalau aku sih fine-fine aja ya, semua kembali ke niat masing-masing individu. Hasil akhir ‘kan bukan untuk individu tapi untuk bersama, jadi kalau dari aku pasti melakukan yang terbaik. Masalah teman-teman yang sulit dihubungi aku merasa wajar-wajar saja. Mungkin kendala sinyal, ya, dan kalau yang bersangkutan tidak segera hadir/muncul, semisal aku sebagai koordinator aku akan bertindak tegas. Jika tidak mau bekerja silahkan bekerja sendiri,” ungkap Hasna dengan nada yang serius.

Lola  – Left Grup

Pengalaman ketiga datang dari Lola (nama disamarkan), Mahasiswa semester 6 yang mengeluhkan adanya tugas kelompok yang tidak ada habisnya dari dosen tercinta.

“Hahaha, tugas kelompok rasanya seperti makanan sehari-hari. Aku sebenarnya tidak suka ya, adanya kerja kelompok apalagi online seperti ini. Di saat aku sedang semangat untuk mengerjakan tugas, tapi ada beberapa teman yang masih menganggap tugas tersebut mudah dan meremehkannya, ya mau bagaimana lagi? Itu kan tugas bersama ya harus dituntaskan bersama. Aku ada pengalaman nih yang cukup menarik. Jadi teman sekelas aku, dia ini unik. 

Tugas kelompok waktu itu sebenarnya hanya diskusi dan dimulai pukul 16.00. Wajar, dong, kami semua santai karena waktu masih menunjukkan pukul 12.00. Lalu tiba-tiba teman satu kelompokku nih yang “rajin” memulai obrolan di grup dan mengajak untuk diskusi. Kami waktu itu tidak langsung merespon karena sebagian teman-teman lainnya ada yang masih kuliah dan mungkin berkegiatan lain. Apa yang ia lakukan kemudian di luar dugaan. Ia marah kepada kami karena kami tidak merespon. Parahnya lagi, ia lantas left grup. Kami bingung kenapa sampai seperti itu padahal waktu diskusi belum dimulai. Ya sudah, pada saat itu aku juga menyadari bahwa kita semua punya kesibukan masing-masing. Rajin boleh, tapi harus saling menghormati dan sewajarnya aja sih,” ungkap Lola dengan tertawa ringan.

Ternyata banyak pengalaman seru, ya, dari Kanca Tembalang mengenai belajar kelompok di masa pandemi ini.

Kalau kamu tim suka atau tidak suka nih? Share pengalaman kamu di kolom komentar ya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *