Fitur

Tembalang Sepi Mahasiswa, Kedai Kopi Jumpalitan Beradaptasi

Share this:

Tembalang mendadak lengang saat Undip mengalihkan aktivitas perkuliahan secara daring. Sejumlah industri jadi terdampak kehilangan sebagian pasar mereka, terutama industri makanan yang beragam variannya di Tembalang. Kedai kopi atau coffee shop sebagai usaha menengah pendatang baru yang cepat mengambil hati sayangnya juga turut merasakan dampaknya.

Kalau kata Muhammad Aga, pendiri kafe Shoot Me in The Head, seperti dilansir Asumsi mengutarakan esensi kopi adalah connecting people. Demikian coffee shop hadir sebagai ruang temu atau bekerja alih-alih sekedar untuk minum kopi. Bahkan, segelintir orang rela menginvestasikan hari-harinya di kedai kopi yang menawarkan privasi dan ketenangan. Namun gara-gara pandemi, kedai kopi tidak lagi bisa mengunggulkan ruang untuk dijual. Semua mesti berlapang dada dengan anjloknya omset penjualan. Yang masih beroperasi mati-matian jungkir balik, saling membahu bersiasat menegakkan lagi lutut yang gemetar.

Delivery Services dan Pivot Bisnis

Situasi sekarang serta-merta mengubah perilaku konsumen. Kalau kangen minum kopi buatan kafe, giliran coffee shop yang akan mendatangi kediaman pelanggan. Para coffeepreneur bisa cepat mengakrabkan diri dengan layanan delivery, baik diupayakan sendiri atau berkat penyedia jasa transportasi (GoFood dan GrabFood). Namun tidak semua siap menghadapi masalah yang lebih krusial: menurunnya daya beli masyarakat.

“Daya beli turun itu enggak bisa diubah dan dihindari. Itu faktor luar yang bikin coffee shop keseret-seret. Yang dilakukan kebanyakan coffee shop sekarang adalah menekan fixed cost dan operational cost, karena pemasukannya enggak imbang sama bebannya. Memikirkan cara bertahan jarak dekat, salah satunya dengan pivot bisnis,” terang Reynaldi Sinarta, owner Kosakata Visual, salah satu creative digital agency senior di Semarang yang kini juga menekuni konsultan khusus F&B.

Istilah pivot lekat di dunia basket sebagai manuver menghindari pemain lawan dengan memutar badan untuk mempertahankan bola. Kalian yang menekuni ilmu bisnis dan pemasaran pasti paham, konsistensi jenis dan kualitas produk yang terjaga adalah kunci. Namun customer behaviour berubah; kalau brand tidak bergerak, dia bisa mati. Demikian pivot bisnis adalah manuver yang dimainkan para pelaku industri untuk bertahan melalui penyesuaian bentuk produk. Inovasi menu dengan meragamkan jenis atau menghitung ulang gramasi adalah salah dua cara. Harapannya produk dapat terjual dengan harga lebih terjangkau, tanpa perlu belanja lebih banyak, sementara margin keuntungannya tetap.

Lahirnya Kopi Susu Literan

Berpikir menyediakan produk yang tahan lama dinikmati di rumah ikut jadi pertimbangan para pebisnis F&B menyesuaikan perilaku baru pasar. Merombak ulang food costing yang bertujuan mengefektifkan belanja dan stok bahan inilah yang melahirkan inovasi ‘kopi susu literan’. Karena barangkali gerai sudah terlanjur beli stok susu banyak, sementara susu segar cepat sekali basi. Daripada terbuang dan supaya tetap bisa dinikmati dari rumah, kedai-kedai menawarkan ‘kopi susu dalam botol’ berbagai rasa dan harga.

Kopi susu literan idealnya disimpan dalam kulkas dan awet dikonsumsi 2-3 hari. Smartizen bisa dapatkan ‘kopi susu dalam botol’ ini di banyak brand coffee shop favorit. Di Tembalang sendiri, beberapa coffee shop telah membuat inovasi menu kopi literan, antara lain Folkafe, Anak Panah Kopi, Titik Dua Kopi yang masih segrup dengan Kayo Coffee & Space, Antarakata Group, Kedai Foto Kopi, serta Atlas n Co.

Referensi:
Adinda, Permata. (2020, Maret 31). Kedai Kopi di Tengah Pandemi: Kita Cuma Bisa Jadi Survivor. Diakses dari Asumsi https://www.asumsi.co/post/pendiri-kedai-kopi-kita-cuma-bisa-jadi-survivor
Maharani, Safira. (2020, Maret 24). Serukan Ngopi di Rumah, Cara Coffee Shop Lokal Bertahan di Tengah Pandemi. Diakses dari Kumparan https://kumparan.com/kumparanfood/serukan-ngopi-di-rumah-cara-coffee-shop-lokal-bertahan-di-tengah-pandemi-1t5YJQNtQGK/full

Credit Foto: @titikduakopi

J. Rendra Trijadi
Rendra kepalang tenggelam dalam dunia sastra sejak tergoda mengisi rubrik cerpen dan puisi bulanan di tabloid sekolahnya semasa SMP. Belasan tahun berselang, Rendra masih menjadi penulis bohemian yang konsisten penyempurnaannya, sambil bergerilya dari acara ke acara, peristiwa ke peristiwa, mendalami perilaku demi perilaku masyarakat sebagai jurnalis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *