Tembalangan

Malam Lebaran Paling Sepi di Tembalang

Share this:

Malam Lebaran tahun 2020 ini jatuh pada Sabtu (23/05). Namun pandemi Corona menyebabkan malam Lebaran tahun ini tak lagi sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Infotembalang mencoba untuk menelusuri beberapa titik yang ada di Tembalang untuk melihat bagaimana suasana malam Lebaran di Tembalang kala Corona.

Perbedaan paling signifikan mungkin adalah tiadanya kegiatan arak-arakan Takbiran. Biasanya, sekitar pukul 20.00 beberapa ruas jalan, seperti Jl. Banjarsari, akan dipenuhi oleh warga yang mengadakan arak-arakan Takbiran. Dengan membawa obor dan mengumandangkan takbir, warga Tembalang akan berkeliling dan menyambut datangnya Lebaran dengan meriah. Namun, sepanjang pengamatan Infotembalang, sama sekali tidak ada tanda-tanda bahwa warga mengadakan kegiatan tersebut untuk tahun ini.

Selain itu, malam Lebaran pada tahun ini dapat dikatakan sangat sepi. Hampir semua toko, warung, dan tempat makan terlihat tutup. Hanya minimarket-minimarket dan satu-dua kafe yang memutuskan untuk tetap membuka usahanya di malam Lebaran. Situasi ini didapati di sekitar kawasan Universitas Diponegoro Tembalang, seperti di sepanjang Jl. Banjarsari dan Jl. Sirojudin. Menariknya, terdapat beberapa pedagang kembang api dan mercon yang terlihat dikerumuni oleh pembeli. Suara ledakan kembang api yang terdengar dari berbagai penjuru menandakan warga tetap berusaha memeriahkan malam Lebaran meski hanya menggunakan kembang api dan mercon.

Sepinya masa Lebaran dan masa puasa di hari-hari sebelumnya ternyata dirasakan oleh Karno, penjaga parkir kantor cabang BCA di SPBU UNDIP Tembalang. Karno mengatakan bahwa bulan Ramadan dan Lebaran pada tahun ini terasa sangat berbeda. Perbedaan itu terutama adalah sepinya pengunjung. Hal ini menyebabkan turunnya pendapatan harian secara drastis. Bila pada masa biasa ia sanggup menerima sekitar Rp 80.000 per hari, kini untuk mendapat penghasilan sebesar Rp 50.000 per hari saja sudah dirasa sangat beruntung. Dengan suara parau Karno mengungkapkan kesedihannya karena kesulitan untuk membelikan ibu dan anak-anaknya baju baru sebagaimana yang biasa ia lakukan di kala Lebaran. “Ya gimana lagi, kalau memang sudah begini keadaannya saya hanya bisa nrimo. Apa yang ada ya harus tetap disyukuri,” tutur Karno sembari bersiap memarkirkan mobil pengunjung.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Udin, owner Happy Coffe di Jl. Banjarsari Selatan. Ia mengungkapkan bahwa salah satu ciri khas Lebaran yang tak dapat ia rasakan pada tahun ini adalah momen silaturahmi bersama keluarga. Pandemi Coronavirus telah memaksanya untuk tidak mudik ke kampung halamannya di Jepara. Perbedaan lain yang Udin rasakan dari Lebaran tahun ini adalah hambatan untuk beribadah bersama umat jemaat yang lain karena ditiadakannya kegiatan sholat bersama di masjid. Namun, ia tetap mencoba mencari hikmah dari masa yang sulit ini. “Salah satunya kita jadi bisa punya banyak waktu untuk keluarga, anak dan istri, di rumah,” demikian ujar Udin.

Mungkin malam Lebaran tahun ini akan dikenang sebagai malam Lebaran paling sepi di Tembalang. Namun, bagaimanapun juga, kita tetap harus semangat dan bersyukur menjalani masa-masa yang sulit ini. Semoga, momen Lebaran tahun ini membawa kita pada momen refleksi yang mendalam dan menjadi kesempatan untuk lebih bersyukur terhadap hal-hal yang ada di sekitar kita. Sehat selalu dan cheers!

Credit photo Jalan Layang Tol Tembalang: Youtube Gidot Production

Julius Ardiles Brahmantya
Cultural Anthroplogy UGM 2017 | Student, writers | AMDG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *