virus informasi
Fitur

Ancaman “Virus Misinformasi” di Tengah Pandemi

Share this:

Virus Corona menjadi pandemi di berbagai negara sejak awal tahun 2020 lalu, begitu pula di Indonesia. Data per 17 Maret 2020 menunjukkan ada 172 kasus positif Covid-19 di Indonesia (sumber: tirto). Berbagai upaya juga telah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi wabah ini. Salah satunya adalah anjuran #dirumahaja atau social distancing untuk menghambat penyebaran Covid-19.  

Pemberitaan tentang wabah Covid-19 di media juga kian ramai, namun tidak jarang merupakan berita palsu atau hoax yang cenderung menebar ketakutan. Hingga 12 Maret 2020 yang lalu sudah ditemukan 196 hoax tentang virus corona (sumber: detik). Fenomena misinformasi ini tidak kalah berbahaya. Ketakutan yang muncul di masyarakat akibat informasi yang salah dapat memicu reaksi yang merugikan antara lain fenomena “panic buying”.  Panic buying merupakan fenomena pembelian dan penimbunan suatu barang yang berlebihan oleh konsumen akibat situasi tertentu yang dianggap darurat. Tidak heran sekarang kita mengalami kelangkaan dan naiknya harga barang seperti masker, hand sanitizer, dan lain-lain.

Masyarakat yang terlalu banyak terpapar informasi, terlalu reaktif, namun minim pengetahuan memperparah kondisi tersebut. Kadang, misinformasi ini bisa sesederhana berawal dari memotong kata dari judul berita, seperti: “Pemerintah Malaysia Menerapkan Kebijakan Partial-Lockdown” menjadi “Pemerintah Malaysia Menerapkan Kebijakan Lockdown”, atau “Jangan Menggunakan Hand Sanitizer Secara Berlebihan” menjadi “Jangan Menggunakan Hand Sanitizer”. Kalau diperhatikan dari dua judul di atas hanya berbeda satu sampai dua kata saja. Namun keduanya memiliki makna yang jauh berbeda dan potensi dampak kegaduhan yang terjadi juga bisa terpaut jauh.

Dunning-Krugger Effect

Masifnya penyebaran ‘virus misinformasi’ ini menimbulkan berbagai dampak di masyarakat, mulai dari panik, takut, atau justru kepercaaan diri yang berlebihan. Informasi yang salah juga dapat membuat orang gagal memahami permasalahan yang kompleks dan cenderung menyepelekan kondisi yang terjadi. Biasanya juga berujung pada hilangnya kepercayaan pada pemerintah, media, atau institusi kesehatan. Fenomena ini dalam ilmu psikologi dikenal juga dengan Dunning-Krugger Effect. Yaitu kondisi bias kognitif ketika seseorang yang tidak memiliki kemampuan (pemahaman) tentang suatu hal namun mengalami superioritas ilusif. Dunning-Krugger Effect merupakan kondisi dimana orang yang ‘tahu sedikit’ merasa paling benar dan mengabaikan risiko yang tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga orang di sekitarnya.

Menghadapi pandemi virus corona ini, pada akhirnya kita semua harus berupaya tetap waspada, menjaga diri, namun juga membuka mata terhadap realita yang terjadi. Menyaring derasnya arus informasi dan tidak perlu selalu menjadi yang pertama membagikan informasi demi aktualisasi diri.

Seperti yang diungkapkan William Shakespeare pada karyanya berjudul As You Like It pada tahun 1599, “Orang bodoh merasa dirinya bijak, dan orang bijak merasa dirinya bodoh”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *