komunikasi
Lekat

Ketahui 3 Hal ini Sebelum Nge-judge Anak Ilmu Komunikasi

Share this:

“Ngapain sih masuk jurusan Komunikasi? Mau belajar apa? Belajar ngomong selama 4 tahun? Nanti prospek kerjanya gimana? Mau jadi wartawan ya?” Mungkin Smartizen, khususnya nih yang anak ilmu komunikasi sudah nggak asing lagi dengan pertanyaan – pertanyaan tersebut. Atau mungkin, kamu salah satu smartizen yang masih befikiran “Kenapa sih harus ada jurusan Ilmu Komunikasi (Ilkom)? Setiap hari juga udah berkomunikasi, kenapa harus dipelajari?” Nah kali ini, yuk kita bahas bareng beberapa pertanyaan yang paling sering ditanyain ke anak – anak Ilkom.

Belajar Ilmu Komunikasi Emangnya Penting?

Belajar Ilmu Komunikasi itu penting untuk menghindari yang namanya kegagalan berkomunikasi atau “miss coomunication”. Contohnya aja nih smartizen, kalau kamu punya pacar terus kamu nanya “enaknya makan dimana ya?” Eh si pacar malah  jawab “terserah”. Tapi kalau kita udah sampai di restoran yang kita pilih, si pacar tetap komplain. “Aku gabisa makan disini karena aku alergi daging, cari tempat lain aja ya”. Contoh ini merupakah salah satu bentuk kegagalan dalam berkomunikasi lho smartizen. Dalam Komunikasi Budaya dikatakan, bahwa orang – orang berbudaya kolektivis seperti Indonesia, memiliki beberapa ciri – ciri. Salah satunya adalah Low Uncertainty Avoidance yang menjelaskan bahwa orang-orang berbudaya kolektivitis tingkat penghindaran ketidakpastiannya rendah atau tidak suka menghindari ketidakpastian. Kalau bahasa sederhananya nih, orang Indonesia itu suka buat orang lain ragu, merasa tidak pasti, dan suka nggak jelas kalau mau membuat suatu perencaan. Benear nggak?

Anak Ilmu Komunikasi Belajar Apa Aja?

Banyak sekali yang bisa kita pelajari dalam jurusan ilmu kounikasi. Tetapi, tentu saja tidak akan bisa kita jabarkan satu persatu disini smartizen. Tapi, ada satu teori komunikasi oleh Harrold Lasswell yang kayanya cukup menggambarkan tentang apa aja sih yang dipelajari anak Ilkom selama kuliah. Lasswell menjelaskan kalau sebenarnya komunikasi itu adalah suatu proses yang didalamnya terdapat beberapa elemen. Elemen tersebut yaitu “Who (komunikator / orang yang memberikan pesan) says what (pesan yang disampaikan), in which channel (media yang digunakan), to whom (komunikan / para penerima pesan), with what effect (dampak apa yang ditimbulkan)”.

Sebagai contoh,  kamu lagi nonton ceramah seorang ustad tentang azab bagi mereka yang tidak berbakti kepada orang tua, di televisi. Setelah menonton ceramah itu, kamu langsung sadar dan segera bertobat dari dosa-dosa yang udah kamu lakukan, khususnya kepada orang tuamu. Kalau kita coba kaitkan dengan teori dari Lasswell tadi, ustad yang memberikan ceramah tadi dapat kita katakan sebagai seorang komunikator. Sementara kamu yang menonton ceramahnya adalah seorang komunikan, lalu televisi adalah medianya. Ceramah yang disampaikan merupakan pesan dan yang menjadi efek atau dampak dari proses komunikasi ini adalah saat kamu mencoba untuk bertobat.

Kalau Udah Lulus Kerjaannya Ngapain, sih?

Dengan adanya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, peluang kerja anak ilmu komunikasi semakin terbuka lebar. Mulai dari menjadi seorang public relation yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan di berbagai bidang pekerjaan, orang-orang yang bekerja di media (seperti fotografer, cameraman, jurnalis, sutradara, wartawan, produser, praktisi periklanan, dll), Master of Ceremony (MC), Event Organizer, strart up perusahaan, juru bicara, dan masih banyak lainnya. Bagi kamu khususnya mahasiswa ilmu komunikasi, tentunya sudah tidak asing lagi dengan istilah terkenal dari Paul Watzlawick. Beliau menyatakan bahwa “We Can Not Not Communicate”, artinya setiap orang tidak akan bisa untuk tidak berkomunikasi. Setiap hari, orang – orang terus berkomunikasi yang berarti setiap pekerjaan tidak akan lepas dari kegiatan komunikasi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *