Fitur

Hak Anak Pendidikan Berkualitas, GUM VII Turun Tangan

Share this:

Smartizen, taukah kalian setiap tanggal 20 November diperingati sebagai Hari Anak Universal? Berawal 20 November 1954, Majelis Umum PBB melakukan Deklarasi hak-hak anak. Dari sepuluh hak yang di deklarasikan, salah satunya adalah untuk mendapatkan pendidikan. Indonesia sendiri mengatur hak mendapatkan pendidikan dalam UUD 1945 pasal 31. Keseriusan pemerintah dalam hal pendidikan bisa kita lihat lho smartizen, dimana 20% APBN dialokasikan untuk bidang pendidikan. Menurut Bank Dunia, perluasaan akses dan kesempatan anak Indonesia dalam mendapatkan pendidikan sudah membaik. Namun hal tersebut tidak dibarengi dengan perbaikan kualitas pendidikan.

Kualitas Pendidikan di Indonesia Masih Relatif Rendah

Dilansir dari CNN Indonesia, Rodrigo Chaves, Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia mengungkapkan bahwa kualitas pendidikan masih relatif rendah. Hal itu dapat dilihat dari data bahwa 55% anak Indonesia usia 15 tahun diketahui buta huruf. Sementara itu, kualitas pendidikan juga dapat kita lihat dari penilaian Skor PISA yang dilakukan Organization for Economic Cooperation and Development. Tiga indikator penilaian yaitu kemampuan literasi, matematika, dan sains.menempatkan Indonesia pada posisi 63 dari 72 negara peserta, di tahun 2015.

Perbaikan kualitas pendidikan Indonesia, tidak hanya menjadi tugas pemerintah, namun juga tugas kita smartizen sebagai generasi muda. BEM Universitas Diponegoro mengambil inisiatif, turut serta memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia dengan program Gerakan Undip Mengajar (GUM). Dilaksanakan setiap tahun sejak 2013, hingga kini GUM telah berjalan 7 angkatan dan menyentuh sekitar 20 titik pengajaran. “GUM bukan sekedar program tahunan BEM. Namun mencoba memberi kesempatan mahasiswa untuk peka terhadap permasalahan pendidikan Indonesia. Sekaligus turut berkontribusi nyata dalam perbaikan pendidikan”, ungkap Bian Atmaja, Ketua Pelaksana GUM VII. Bian menambahkan, dalam pelaksanaan GUM VII pemilihan lokasi pun tidak sembarangan. “Kita spesifik menyasar anak SD, dan pemilihan lokasi berdasarkan IPM dijawa tengah sekarang, kita cari yg terendah. Kondisi umum lokasi seperti data yang ada di BPS bahwa pendidikan, kesehatan, pendapatan dilokasi masih belum bisa dikatakan cukup”.

“Mengenai kendala lokasi yang jauh, tidak menjadi masalah berarti, karena terkalahkan dengan niat tulus dan semangat mengabdi dari tiap pengajar”

Turunkan 25 Pengajara di 4 Titik Pengajaran

Selama 21 hari, GUM VII melaksanakan pengabdiannya di Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah. Yaitu dengan menerjunkan 25 pengajar di 4 titik pengajaran. Ada beberapa kegiatan, antara lain Kelas Reguler, dimana pengajar akan melakukan pengajaran formal di kelas-kelas. Dilanjutkan dengan Kelas Sore, untuk tambahan pelajaran anak-anak sekaligus menanamkan inspirasi ke anak-anak. Selain pengajaran konvensional, GUM VII melakukan berbagai kegiatan, diantaranya Taman Baca , untuk meningkatkan minat baca anak-anak. Tak hanya itu, GUM VII juga melaksanakan Sosialisasi hidup sehat baik kepada anak-anak maupun warga sekitar titik pengajaran. Lomba Cerdas Cermat juga diadakan untuk semakin mengasah kemampuan dan kepercayaan diri anak-anak di titik pengajaran. Nah, yang paling seru smartizen, ada yang namanya Kelas Alam. Kelas ini dilaksanakan hari Minggu dimana anak-anak diajak membuat kerajinan tangan untuk mengasah kreatifitas mereka.

GUM VII melibatkan mahasiswa yang memiliki antusias tinggi untuk turut menyelesaikan masalah pendidikan. Irma, Mahasiswi Fisip Undip, yang turut menjadi pengajar mengungkapkan keinginannya menjadi pengajar GUM sudah ada sejak dia awal masuk Undip. “Iya sudah tertarik sejak maba (mahasiswa baru), memang dasarnya suka ngajar, jadi coba daftar dan ikut yang GUM VII. Meskipun hanya mengajar yang bisa dikatakan hal kecil tapi harapannya bisa berdampak besar”. Senada dengan Irma, Audita, Mahasiswi Psikologi Undip juga menyatakan ketertarikannya sejak awal kuliah di Undip. “Sejak awal sudah tertarik, cuman awalnya takut kalo tidak berkompeten dalam mengajar sih. Tapi dari dukungan temen aku yang pernah ikut GUM VI aku coba ikut daftar seleksi deh”.

Dengan mengikuti GUM, para pengajar menjadi tahu kondisi real permasalahan pendidikan Indonesia, “Kondisinya disana anaknya awalnya pemalu, tapi ketika udah kenal cenderung nakal gitu, jadi kayak perlu adanya pendidikan karakter”, ungkap Audita.

Pengalaman Berkesan Sebagai Pengajar

Ketika ditanya pengalaman berkesan, kedua pengajar ini senada mengatakan ketika anak-anak yang didampingi telah menunjukan perkembangan positif setelah adanya GUM VII. “Seneng banget sih, ada laporan dari wali murid kalau anak-anak jadi lebih sopan dan nakalnya berkurang. Mereka lebih bisa menjaga sikap kepada orang dewasa dan ke temannya. Oya, yang bikin aku bahagia banget tuh waktu adek-adeknya udah pada bisa baca “, ungkap Audita. Sementara Irma memiliki pengalamannya sendiri. ” Dibuatin surat saat mau pulang, dengan tulisan ‘Terima Kasih Bu Irma’, aku tahu bagaimana sulitnya mereka nulis satu kalimat itu. Walaupun simple, tapi juga menjadi kebanggaan, merasa setidaknya selama mengajar ada hasilnya meskipun belum maksimal.”

Itulah kontribusi nyata mereka memperjuangkan hak anak Indonesia untuk mendapat pendidikan berkualitas, yang secara tidak langsung turut serta mepersiapkan SDM unggul untuk Indonesia Maju. Kalau smartizen, mau ikut kontribusi apa nih?

Alfonsus Ega
Young - Smart - Impactful Bergerak, berdampak !

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *